Perkenal kan
namaku adalah Elisa Sandjaya, biasa dipanggil Elisa. Umurku baru 16 tahun, tapi
entah mengapa aku sering dimintai saran oleh temanku untuk masalah-masalah
kehidupanya. Apalagi masalah yang menyangkut percintaanya. Temanku yang
sekaligus tetanggaku ini sering kali curhat masalah asmaranya kepadaku, ya
karena rumah kami saling berdekatan, jadi maklum aja kalo dia sering
menceritakan semua masalahnya kepadaku. Oh! ya aku hampir lupa memperkenalkan temanku, dia bernama Elok
Kunjaningrat, tapi aku biasanya memanggil dia kak Elok, ya karena dia lebih tua
2 tahun dariku. Malam ini aku berniat untuk segera beristiraht, rasanya
tulangku sudah hampir patah. Kegiatan sekolah telah banyak menyita waktu dan
tenagaku, namun niatku tertunda ketika sebuah suara terdengar dari arah pintu
depan. Tok ...tok... tok..... terdengar ketukkan pintu rumahku semakin keras.
“Elisa hei Elisa buka pintunya cepatlah
!!!!!!!!!!” ujar pemilik suara di depan pintuku
Karena merasa
terganggu ibuku berlari kearah pintu dan membuka pintu memastikkan siapakah
gerangan yang berkunjung dikala malam seperti ini ? krekkk..... terdengar suara
pintu berdecit karena Ibuku. Dari balik Pintu terlihat Elok yang tersenyum
manis, nampak kedua pipinya sangat memerah. Ibuku sudah tahu betul apa yang
menjadi alasan Elok berkunjung ke rumahku dikala malam seperti ini..
“ Elisa di dalam silahkan masuk nak”.
Ujar Ibuku
“ terima kasih bu”. Jawab Elok
Setelah
mendapat ijin dari Ibuku Elok segera masuk ke ruang pribadiku, sedangkan aku
yang sudah lelah dengan malas aku mencoba menanggapi maksudnya. Jika boleh
berkata jujur, aku sangat ingin dia pulang dan membiarkan seorang Elisa
berlabuh dalam lautan mimpinya, namun aku tak mungkin seberani itu padanya.
Elisa hanya anak penakut
serta pemalu.
“hari ini aku bertemu dengan Deva.” Ucap Elok
Dengan wajah yang berbunga-bunga.
“oh iya .” sahutku sekenannya
“Iya.” Jawabnya semakin berbunga- bunga
Semakin
jauh Elok menceritakan Deva maka wajahnya juga semakin memerah, Elok terlihat
sangat senang. Ya perlu diketahui Elok sangat menyukai Deva. Sudah sejak lama
Elok berharap untuk bisa menjadi kekasih Deva, namun meski begitu tak mungkin
Elok yang memulai terlebih dahulu karena Elok sadar bahwa dia wanita. Disinilah
peran seorang Elisa, pada dasarnya aku memang tidak pernah mengerti dengan
permasalahan yang seperti ini. Posisiku disini hanya memberikan semangat untuk
seorang teman. Aku tidak terlalu berani untuk memberikan sebuah saran. Karena
pada dasarnya aku tidak memiliki pengalaman dibagian percintaan. Sedangkan
prinsipku jika aku memberikan sebuah saran ataupun nasehat berarti Aku sudah
memiliki sebuah pengalaman.
“hari ini aku menyapa Deva, Dia memberikan
respon baik padaku, mungkinkah ??”
“sudahlah jangan terlalu berlebih.”
jawabku datar.
Dia sedang jatuh
cinta. Elok sangat berharap pada Deva. Percakapan kami terus berlangsung dan
topik pembicaraannya tetap sama yaitu Deva. Elok ingin berteman dekat dengan
Deva, dia menanyakan kepadaku langkah apa yang harus ditempuh untuk dapat berteman
dekat dengan Dava bahkan jika bisa lebih
dari apa yang disebut teman, karena Elok terus berbicara, aku terpaksa
memberikan sebuah jawaban, jika ia meminta saran dengan terpaksa pula aku
memberikan sebuah saran. Malam semakin larut, tetapi Elisa belum juga beranjak
pulang. Rasa kantuk semakin bertambah rasanya ingin sekali aku segera
mengusirnya tidak mungkin itu sangat jahat.
“berjuanglah kawan, jika kau
menginginkannya asal kau bersungguh-sungguh kau akan mendapatkannya, sudah
malam sebaiknya kau segera beristirahat, agar kau bisa terilahat cerah di esok
hari. Sehingga Deva tidak akan menatapmu denagn tatapan bosan”. ujarku
Percakapan kami
selesai dan Elok pun pulang. Walaupun Elok sudah pulang, aku sebagai temannya
juga masih tetap terbayang-bayang akan percakapan kita tadi,rasa kantukku
menghilang begitu saja. Aku berusaha menghentikan bayang – bayang percakapan
tadi. Aku mencoba memejamkan mata. Belum sampai lima menit kelopak mataku
terpejam. Ketenanganku kembali terusik oleh sebuah getaran yang berasal dari
ponselku. Drrrrrrrrrrt.....drrrrrrt..... Pasti pesan dari operator kartu ponsel
yang kugunakan, seperti biasa menawarkan promo-promo. Fikirku. Karena aku
jarang berkirim pesan, aku lebih senang membuka situs- situs yang berhubungan
dengan sosial media, dan
melihat curahan – curahan hati teman- temanku yang dituliskan maupun
dilampiaskan disosial media, bahkan kegiatan yang mereka lakukan saat itupun
juga dicurahkan melalui sosial media. Disitulah aku bisa tahu perasaan mereka, susah , sedih , senang
, kecewa ,marah, dan bahagiapun, dapat terlihat dari tulisan maupun foto yang
diunggah kemedia sosialnya. Tidak hanya itu aku juga dapat mendapat informasi-
informasi baru yang hangat diperbincangkan, dan aku paling suka mengikuti
Halaman Pak Mario Teguh seorang motivator hebat yang selalu memberikan motivasi
dan menambah pengetahuan tentang kehidupan, dengan ciri khassnya yakni “SALAM
SUPER” benar – benar sangat membangunku !!!namun ternyata pesan itu tak seperti
yang ku pikirkan setelah kubuka, ternyata pesan tersebut bukan dari operator
yang menawarkan promo –promo melainkan dari
Andiya, teman sekelasku yang sekaligus teman sebangkuku. Yang isinya
menanyakan tentang tugas kelompok yang harus kami kerjakan bersama.
“Oh..!!!” gumanku.
Setelah mengirimkan
sebuah pesan balasan pada Andiya aku kembali memejamkan kedua mataku hingga aku
tertidur tanpa kusadari hari telah berganti pagi sudah saat aku terbangun dan
kembali melakukan aktivitas harian. Bayang- bayang tentang Elok sudah lenyap
dari kepalaku. Hari ini aku sampai di sekolah pagi-pagi, krena aku semalam
memiliki sebuah janji denagn Andiya. Tak selang lama Andiya tiba kemudian
denagn segera kami
menyelesaikan tugas kami. Setiap jam pelajaran kulalui dengan biasa saja menurutku
tidak ada yang menarik, di sekolah tidak ada hal lain selain belajar serta bertemu teman. Hari ini sekolah pulang lebih awal.. ahhh sungguh bahagianya Aku.
Seorang Elisa yang terbiasa sibuk dapat merasakan apa yang biasa disebut orang
dengan bersantai. Segera saja kubaringkan diriku diatas ranjang kecil yang
telah menemaniku selama beberapa tahun terakhir ini.
Drrrrrrrrt.......... drrrrrrrrrrrrrt..
“halo?”
“kamu kenapa?”
“iya aku sudah pulang”
“baiklah”
Brakkkkkk terdengar suara pintu rumahku dibuka
dengan paksa, aku segera berlari menuju arah pintu. Aku sangat terkejut ketika
mendapati Elok tengah berdiri diambang pintu dengan linangan air mata. Elok
berlari memelukku, tidak ada seucap kata terlontar dari bibirnya, yang dapat
kudengar hanya sebuah isakkan tangis. Perasaanku menjadi kacau ada apa
dengannya sebelumnya aku tidak pernah mendapati seorang Elok dengan keadaan
sangat hancur. Ku ajaknya untuk duduk di kursi yang tersedia di ruang tamu, ku
jamu Elok dengan segelas air putih dengan harapan dapat membuatnya merasa
tenang. Isak tangisnya mulai mereda. Saat itulah ku beranikan diri untuk
bertanya apa yang terjadi padanya. Aku sangat berhati-hati, aku takut jika
salah kata aku dapat melukainya.
“ka ka kamu kenap....
“ Elisa !!!!!!!!!!! hiksss hiksss”.
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, tiba- tiba
Elok kembali menagis dan meneriakkan namaku. Aku sangat takut, takut jika ucapanku
melukainya seandainya ini dunia mimpi aku sangat tidak ingin Elok menangis di
depanku. Aku akan lebih baik jika Dia tertawa di depanku, namun pada dasarnya
ini dunia nyata aku tidak dapat mengubah sebuah kejadian semauku.
“ jika kamu belum siap bercerita padaku, jangan di
paksa”. Ujarku
“hiksss... hikss... Elisa hiksss”.
“iya?”.
“aku tidak percaya, ini seperti mimpi Elisa, Deva”.
Pikiranku
kembali melayang pada ucapan Elok semalam. Elok sangat menginginkan Deva,
apakah Elok menyatakan perasaannya pada Deva ahhh tidak mungkin Elok seberani
itu. Namun kenapa dia menangis seperti ini. Mungkin Deva telah berlaku jahat
padanya, jika memang benar akan kudatangi siapa yang bernama Deva Rahardika,
aku seorang Elisa akan datang menemuinya untuk meminta sebuah pertanggung
jawaban. Pertanggung jawaban karena telah menyakiti hati temanku. Aku tidak
tega melihat temanku tersakiti, jika temanku sakit maka, hatiku juga sakit.
Selaku teman yang baik aku tidak dapat membiarkan Elok tersakiti aku akan
mengusahakan segala cara untuk menghilangkan rasa sakit yang dirasanya. Aku
bertekad jika memang benar apa yang saat ini menjadi dugaanku maka aku sekarang
juga akan berlari ke tempat dimana Deva berada.
“kamu kenapa Elok?” tanyaku
“El aku,
aku tidak dapat mempercayai ini semua”. Jawabnya
“apa yang tidak dapat kamu percayai?” tanyaku
semakin bingung
“ Deva
hiksss Deva hiksss”.
“jangan membuatku bingung apa yang dilakukannya
padamu?” tanyaku dengan nada semakin tinggi bertanda bahwa diriku sangat
khawatir serta kesal.
“ Deva hiksss Deva Dia menyatakan perasaannnya
padaku.”
“ ternyata”.
Dengan
sedikit kesal aku memberikan sebuah selamat padanya. Ku pikir tangisan Elok
adalah tangisan kepedihan, namun ternyata dugaanku salah. Kembali kesenanganku
terganggu karena hal yang tidak terlalu penting untukku. Ya inilah hidup Elisa.
KARYA : ELSA FITRIANINGTYAS
09
X-3
Comments
Post a Comment