“Apa kita akan dapat seperti ini lagi?”
“ Tentu
saja”
waktu
berjalan lebih cepat dari apa yang telah dibayangkan setiap insane di dunia.
Hujan yang telah mengguyur lebih dari dua jam di hari ini mengingatkan Viona
pada seseorang yang di sana. Di tatapnya rintik-rintik hujan itu melalui kaca
jendela kelasnya, Viona sudah sangat bosan di tempat ini. Dengan malas Viona
menatap kembali layar ponsel touch milikinya berharap jika ada
sebuah peasan atau pun telephone masuk yang menanyakan keberadaanya. Sungguh
hari yang sangat membosankan jam pulang sekolah sudah berakhir satu jam yang
lalu, entah mengapa pihak keluarganya belum juga satu pun datang menjemputnya.
“ sangat
merepotkan !!!!!!!!!!!!!”. teriak Viona sendirian
Braaaaaaaaakk…………
sebuah pintu ruang kelas Viona terbuka dengan keras, Viona terdiam membisu
ketika mendapati ada orang asing masuk ke dalam ruangan tempat Ia berada. Dalam
hati Viona berdo’a pada sang Kuasa semoga nyawanya masih dapat terselamatkan
dan Ia dapat melihat mentari bersinar dikala esok hari. Oh mungkin terkesan
berlebih, namun sekiranya spereti inilah harapan Viona. Orang asing yang
mengenakan jaket bertudung merah itu mulai mendekati Viona secara perlahan.
Semakin dekat hingga dapat meraih tangan Viona yang kecil. Orang asing menarik
Viona keluar dari ruang membosankan itu serta menyruh Viona untuk masuk ke
dalam sebuah mobil yang cukup mewah. Viona tidak mengerti mengapa ia begitu
tunduk pada orang asing ini. Mobil yang ditumpangi Viona dan orang asing ini
mulai melaju pelan diatas aspal jalanan, tidak butuh waktu lama untuk sampai di
rumah viona, hingga tanpa Viona sadari mobil yang di tumpanginya sudah berhenti
tepat di halaman rumahnya.
“ayo
turun, mau samapai kapan kau di dalam sana?” ujar orang asing
“ah
maaf.. aku tidak tahu hmm terima kasih banyak”. Jawab Viona
“ wah
kalian sudah sampai, ayo Viona, Ryo masuk dahulu”. Ujar Ibu Viona dengan lembut
“Ryo
?????”
Viona sangat terkejut mendengar nama
yang baru saja diucapkan oleh ibunya. Ryo ada dihadapannya, mungkinkah ini hanya
sebuah mimpi. Viona segera masuk ke dalam kamarnya hanya sekedar untuk
mengganti pakaian. Sedangkan di ruang tamu nampak Ryo sedang berbincang-bincang
singkat dengan Ibu dari Viona.
“ ryo
sendiri juga tidak dapat mempercayainya Bi”. Ucap Ryo
“Dia sudah
berubah, namun tidak semua darinya berubah”. Kata wanita paruh baya yang
dikenal sebagai Ibu dari Viona.
Di atas meja yang berada dalam kamar Viona nampak sebuah bingkai kecil
menampakkan foto dua orang anak kecil
yang ditaksir berusia sekitar tujuh tahun, kedua bocah dalam foto itu nampak
tersenyum manis di depan kamera. Menatap foto itu membuat hati Viona merasa
berdebar-debar, seulas senyum manis terukir indah di wajahnya. Bayangannya
melayang jauh kesana. Di tengah-tengah lamunan indah itu kembali ketenangan
Viona terusik ketika ada sesorang yang tanpa disadari Viona telah ikut
berbaring di sebelahnya.
“aaaaaaaaaaaaaaaaa”.
“kamu itu
kenpa?”. Tanya Ryo
“ sejak
kapan kau disini, kenapa kau masuk kemari?”. Tanya Viona sembari melempari Ryo
dengan barang yang ada disekitarnya
“sudah
sejak kau memandangi foto kita masa kecil itu.” Terang Ryo santai
“apa ?”
“ lihat
foto ini, kau nampak begitu manis”.
“kau
sungguh Ryo?”
“tentu
Viona”.
Apa yang ada dihadapannya ini memang
sungguh Ryo, teman kecil Viona yang pindah keluar negeri setahun setelah moment
di dalam foto itu. Viona sangat senang Ryo ada disini. Sepuluh tahun yang lalu
mereka banyak menghabiskan waktu bersama dan kini Viona ingin kembali merasakan
itu semua, tertawa bersama bercanda ria hingga salah satu sampai terjatuh dan
menangis. Sudah banyak yang berubah dari Ryo, fisik Ryo terlihat sangat
sempurna mungkin jika Ryo berada di sekolah Viona, Ryo akan mendapat banyak
penggemar. Viona terus memandangi Ryo, sedangkan Ryo merasa di pandangi secara
tidak biasa oleh Viona mencoba melakukan tindak jahil terhadap Viona.
“lihat di
rambutmu ulat bulu Viona”. Jahil Ryo
“apaaaaa
ambil Ryo cepat tidaaakkk aku takut”.
Ryo hanya dapat tertawa ringan
ketika mendapati Viona sangat panic karena kejahilannya. Merasa telah ditipu.
Viona memasang wajah kesal, namun tidak dapt dipungkiri wajah Viona memerah
meahan malu, karena dengan mudanya dirinya tertipu dengan tipuan Ryo. Melihat
ekspresi di wjah viona seperti itu ryo hanya dapat tersenyum. Ryo rasa tidak
yang berubah dari Viona, wajahnya yang memerah serta postur tubuhnya yang tetap
saja mungil membuat Ryo tidak merasa kecewa. Sebelumya Ryo sempat berpikir
mungkin Viona yang saat ini jauh berbeda dari yang dulu, namun ternyata ridak
dan Ryo bersyukur akan hal itu.
“besok
hari minggu apa kau ada acara Viona ?”. Tanya Ryo
“aku rasa
tidak, mengapa ?”
“ ayo
kita pergi jalan-jalan berdua”. Tawar Ryo
“ kemana
?” Tanya Viona
“ ikutlah
saja”.
“baiklah,
pukul berapa kau akan menjemputku?”
“pukul
delapan pagi aku akan kemari untuk menjemputmu, dan sekarang aku harus pulang
hari mulai gelap dan hujan juga sudah mulai reda. Sampai jumpa”. Ucap ryo
sembari keluar dari kamar Viona
“ oh ya
sampai jumpa Ryo”.
Mobil yang dikendarai Ryo mulai
melaju meninggalkan kediaman keluarga Viona. Mungkin tadi siang viona merasa
kesal namun rasa kesalnya teribati dengan kehadiran sosok ryo yang mula-mula
membuatnya ketakutan, karena dandananya seperti orang yang hendak menerkamnya.
Malam hari waktu yang tepat untuk
bercengkrama dengan keluarga, namun untuk mala mini Viona tidak menggunakan
waktu itu dengan alasan ia ingin segera beristirahat. Di balkon teras kamar,
Viona nampak damai dengan menatap bulan purnama yang bersinat terang penuh
kebahagiaan. Meski siang hari ini dunia menangis tetapi ketika malam hari tiba
tangisan dunia terhenti dan tergantikan dengan kebahgiaan yang bersinar terang.
Jam yang bertengger di dinding telah menunjukkan waktu dimana setiap orang
harus segera beristirahat. Beranjaklah viona masuk dan membaringkan dirinya di
atas ranjang King Size kesayangannya. Perlahan-lahan kedua kelopak mata
Viona mulai terpejam dan hanya menyisakan dengkuran pelan dari diri Viona.
Hari telah kembali pagi saatnya sang
surya untuk segera menempati singgahsananya kembali setelah beberapa saat
beristirahat dan digantikan sementara oleh sang rembulan. Sinar mentari yang
menerobos masuk melalui jendela-jendela telah mengusik mimpi indah Viona,
secara bertahap kedua mata Viona terbuka menapilkan manic coklat kehitaman yang
sangat mengesankan. Ditatapnya jam dinding. Puku 06.30 ah masih terlalu pagi
serta lama untuk menanti kedatangan Ryo, namun tidak mungkin juga viona berdiam
diri diatas ranjangnya. Dengan sedikit malas Viona beranjak menuruni ranjangnya,
melangkahkan kakinya menuju halaman belakang rumah. Didapati sang ibu sedang
menyirami bunga warna-warni yamg bermekaran dengan sangat cantik.
“biar ku
gantikan bu”. Ujar Viona
“baiklah
ini, ibu hendak pergi berbelanja. Kebutuhan dapur sudah habis, apa hari ini kau
akan pergi keluar?” Tanya sabg Ibu
“oh iya
Ryo mengajakku pergi pukul delapan nanti bu”. Jawab Viona
“kalau
begitu Ibu akan pulang sebelum pukul 08.00”.
Viona menggantikan sang ibu untuk
mengurus bunga-bunga kesayangannya. Merasa sudah selesai viona segera masuk ke
dalam rumah untuk bersiap-siap dengan acaranya bersama Ryo sebentar lagi. Namun
Viona sedikit penasaran kemana Ryo akan mengajaknya pergi, bukan hal yang aneh
ryo mengajaknya pergi berdua sejak kecil mereka sudah sering pergi bersama.
Biasanya Ryo member tahu Viona kan tempat tujuannya sedangkan kali ini berbeda
Ryo sama sekali tidak member tahu tempat yang akan mereka tuju. Viona tidak
terlalu memikirkannya, Viona yakin Ryo tidak akan membawanya ke tempat yang
berbahaya.
Tepat pukul delapan Ryo tiba di
rumah Viona setelah meminta ijin pada sang Ibu Viona pergi bersama Ryo. Viona
tidak lagi mencoba untuk bertanya kemanakah gerangan Ryo membawanya.
“kenapa
kau hanya berdiam diri Viona?”. Tanya ryo memecahkan suasanya
“memangnya
akau harus berucapa apa ?”
“kau
tidak bertanya kita akan pergi kemana ?”
“tidak,
jika kau membawaku pasti tempat yang kita tuju itu aman”. Jawab Viona
“kenapa
kau sangat yakin jika aku tidak membahyakanmu?”
“karena
Viona percaya pada Ryo bahwa ryo menyayangi teman sperti Viona dan tak akan
membiarkan Viona dalam posisi berbahaya”. Terang Viona disertai sebuah senyuman
yang sangat manis.
“kita
sudah sampai”. Ucap Ryo
“cepat
sekali”
Segera saja Viona keluar dari mobil
Ryo. Ditatapnya sekeliling nampak sangat hijau dan sejuk. Viona rasa Ia dan ryo
berada di tempat dataran tinggi berhubung dirasa udaranya ledih dingin. Viona
ingin tahu tempat apa ini. Ini tempat wisata alam namun tidak terlihat sedemikian.
Ryo menarik tangan mungil Viona dan diajaknya untuk menyusuri sebuah jalan
setapak. Langkah keduanya terhenti ketika sampai di tempat yang lebih tinggi.
Di tempat itu nampak ratusan pohon Strawberry berjajar rapi dengan buah
kemerahan yang membuat Viona sangat gemas serta ingin memetiknya. Viona sadar
bahwa tempatnya dan Ryo berada saat ini adalah wahana Wisata alam kebun
Strawberry. Sejujurnya Viona sangat menyukai strawberry buah mungil kemerahan
itu nampak sangat menkjubkan di mata Viona.
“kau sudah
tidak sabar untuk memetiknya ya”. Tanya Ryo menggoda
“tidak
aku biasa saja”.
Ryo tahu
saat ini Viona sedang berbohong. Mana mungkin seorang Viona tidak menginginkan
untuk segera memetik buah mungil itu.
“kau
tidak perlu berbohong, Strawberry itukan seperti keluargamu, jika sudah didepan
mata kau sangat ingin segera menyambutnya kan”.
“ti ti
dak Ryo kau ja
“aku
sudah tahu, lihat wajahmu”.
“wajahku
kenapa?” Tanya Viona panic
“wajahmu
memerah, sperti ini”. Jawab Ryo sembari menyamakan warna wajah Viona dengan
warna Strawberry ditangannya yang baru saju ia petik.
“Ryooo”.
“wah
Strawberry besarnya marah”.
Canda tawa bahagia kembali terjadi
diantara keduanya. Dua sahabat yang lama terpisah karena jarak kembali dipertemukan.
Bersama-sama melepaskan kerinduaan. Sebuah persahabat suci tanpa didasari
perasaan lain selain kasih sayang persahatan akan jauh lebih indah. Ikatan itu
akan trus terjaga tanpa dikhawatirkan dapat terputus.
KARYA : VENNA YUNIARI
Comments
Post a Comment